Kamis, 12 Juli 2012

Kue goreng tepung dan lilin ulang tahun..

Aku tidak pernah berharap aku akan dapat melalui angka 20 dalam hidupku..


Perjalanan hidup yang aku lalui dengan segala air mata yang keluar dari hatiku bukan dari mataku telah membuatku merasa letih hingga aku tak sanggup untuk katakan seberapa letihnya aku..

Kue itu adalah dari teman- teman dekatku..
Adalah sebuah anugerah bila orang sepertiku memiliki kerabat dekat..
Sesungguhnya itu adalah sebuah keanehan bagiku..
Aku menerima meski sebernarnya menolak..

Aku membiarkan mereka masuk dalam kehidupanku.. Mengetahui aku dan mengenalku..
Hm.. Maksudku.. Beberapa mereka mengenalku.. Dan beberapa lainnya hanya mengetahui siapa aku..

Beberapa tahun lalu.. Setelah aku melewati masa- masa tersulit dalam hidupku..
Aku memutuskan untuk kembali menjadi diriku dimana aku nyaman dengan hal itu..

Aku mengetahui jika sebentar lagi, hari terburuk dalam hidupku.. Hari dimana aku dilahirkan kedunia ini akan tiba.. Aku merasa acuh tak acuh..
Hatiku bergejolak.. Sebagian sisi indah dalam hatiku menginginkan hadirnya orang- orang yang kusayangi pada hari itu.. Namun sisi jahatku menampakkan taringnya.. "Tidak. Omong kosong dengan hari ulang tahunku!" Jawabku ketus.

Aku telah berencana untuk mengkhiri hari burukku selamanya..

Pada malam sebelum keesokan harinya aku menginjak tanggal itu.. Aku memutuskan untuk pergi menemui bintang..

Tempat ini adalah tempat yang biasa ku kunjungi ketika aku merasa sedih, marah, bosan, kesal bahkan bahagia.. Tak ada benda menarik disini.. Tak ada hiasan indah..
Hanya sebuah kursi kayu lapuk didepan kolam ikan dan dipinggir jalan.. Beberapa pepohonan memang berdiri dengan gagahnya..
Nampak indah bagiku yang adalah seorang yang tidak terlalu mempedulikan sekitarku..

Kira- kira jam 9 malam aku tiba ditaman ini.. .
Aku menghela nafas.. Seperti biasanya.. Tak ada orang yang sepertiku disini.. Hanya ada seorang bapak tua yang memiliki warung tepat di sisi kiriku..

Aku membersihkan kursi kayu dengan tanganku dan mulai duduk diam, merenung disitu..
Sesekalai aku menangis.. Pergolakan batinku sangat kuat sekali, seperti ada hal kecil yang menyulut ego dan pikiranku yang memaksaku untuk mengakhiri semuanya..

Tenanglah.. Itu hanya sebagian kecil saja.. Aku masih bisa mengendalikannya..

Aku melihat sekelilingku..
Malam ini memang tak banyak bintang yang menghiasi atap langit.. Mungkin mereka mengerti apa yang sedang aku rasakan.. Atau bahkan mereka pun tak ingin menunjukkan dirinya dimalam sebelum hari ulang tahunku..

Aku mengepal kedua tanganku dan mengusap wajahku..
jaket tebal yang aku gunakan seakan tak dapat melindungiku dari cuaca yang tidak seperti biasanya itu..

"Apakah anda mau memesan minuman hangat?" Teriak  bapak tua penjaga warung itu dari tempatnya..
"Ah, tidak perlu pak.. aku sedang ingin sendiri menikmati udara saja.." Kataku..

Aku termenung.. Otakku seperti tempat sampah yang penuh dengan kertas- kertas rumit.. Tak bisa ku olah untuk aku cerna maknanya..
Aku memikirkan tetapi aku tidak mengerti apa yang aku pikirkan..

Aku melihat jam ditanganku.. 22.40 WIB..
beberapa kali telepon genggamku bergetar.. ada beberapa pesan dan telepon yang masuk ke ponselku..
Aku abaikan hal itu karena aku sangat mencintai waktuku saat itu..

Disaat aku menikmati kesunyian itu.. Hujan rintik turun..
Aku biarkan tubuhku disiram oleh air hujan.. Aku tersenyum bahagia karena hujan turun..
Telah lama aku tak membasahi tubuhku dengan air hujan..

Dingin malam itu seakan ingin membunuhku..
"Kemari, berteduhlah.." Teriak bapak itu lagi..
Aku hanya memalingkan mukaku kepadanya dan tersenyum mengatakan bahwa aku baik- baik saja..

Kira- kira satu jam aku merelakan tubuhku disapa oleh air hujan..
Dingin memang akan membunuhku sepertinya.. Mukaku pucat seperti mayat..
Aku baru ingat jika hari ini pun aku belum memanjakan tubuhku ini dengan makanan..

Aku lalu pergi ke warung bapak tua itu..
Aku membeli sebuah lilin.. Bapak tua itu nampak bingung..
"5 menit lagi adalah ulang tahunku.." Kataku kepada pria tua itu sambil tersenyum pada pukul 23.56..

Pria itu hanya tersenyum..
Ia lalu pergi membuatkanku secangkir kopi susu dan sesuatu untuk dimakan..

Aku masihmelihat lilin itu.. Mungkin sebenarnya aku tak perlu menyalakannya..
"Mengapa aku bodoh? dengan usiaku yang saat ini, aku masih berfikir untuk menyalakan lilin dan meniupnnya dihari ulang tahunku.. " aku tertawa sambil meneteskan air mata..
Mungkin sebenarnya keinginanku ini adalah keinginan yang cukup aneh, namun tidak bagiku.. seorang yang kurang akan kasih sayang sejak kecil..

"Hanya ini yang aku miliki.. Di dapurku hanya tersedia tepung dan gula.. Maka aku menggorengnya untukmu.. " katanya sambil menyodorkan segelas kopi susu hangat dan beberapa tepung goreng di sebuah piring kecil..
Aku mengerti, memang tak banyak mereka yang datang ke tempat ini, namun pria tua ini tetap setia membuka lapaknya ditempat ini..

Pria tua itu menaruh lilin tepat ditengah piring yang berisi gorengan tepung itu..
"Aku pernah melakukan ini beberapa tahun lalu kepada anakku, aku tidak dapat memberikannya sebuah kue ulang tahun dan hadiah yang mahal.. " katanya sambil menatapku dengan penuh kelembutan..
Tak ada kata yang mungkin dapat aku ucapkan..

Ia lalu menyalakan lilin itu.. "Berdoalah.. ucapkan keinginanmu.." ucapnya..
Aku membalasnya dengan senyuman dan akupun mulai berdoa mungkin sekitar 2 menit aku memejamkan mata dan aku menyadari air mataku telah terurai hingga jatuh ketanganku..

Aku membuka mataku.. "Tak apa.. tenanglah.. Masih ada seseorang yang menyayangimu.. bahkan mencintaimu.. " katanya..
"siapa?" aku menatapnya dengan tajam..
"Ia yang mengenalmu lebih dari siapapun, mengertimu lebih dari siapapun dan terlebih, mencintaimu lebih dari siapapun.. tiuplah lilinnya.. dan makanlah kue itu.. " katanya dengan  hangat..

Aku meniup lilin yang lebih besar dari gorengan tepung itu..
Lalu kami memakan gorengan tepung itu..
Menyenangkan memang, situasi yang membuatku ingin tertawa sambil menangis..

"Siapa orang yang anda maksud tadi?" tanyaku mencari jawaban atas apa yang pria itu katakan tadi..
"Kau akan mengerti dengan sendirinya.. Pulanglah dan beristirahatlah.. Dan kemarilah besok.. Aku punya sesuatu untukmu.." kata pria itu sambil membersihkan meja yang lain..

Aku pun pulang.. Aku berharap dapat segera mengganti pakaianku yang telah basah ini..

Dengan larian kecil aku menuju ruang kamarku.. Aku tinggal di sebuah rumah kos bersama teman- teman kampusku.. Rumah kos tampak seperti biasanya..
Ruang TV menjadi tempat favorit kami pada tengah malam hingga pagi hari..
Mereka menyapaku seperti biasa.. Aku pun tak menginginkan sesuatu hal yang besar terjadi setelah melihat mereka dalam kondisi itu..

Aku segera membersihkan diriku dan bersiap untuk lekas merebahkan tubuhku di kasur..

Aku meregangkan otot ditubuhku dan menikmati kenikmatan kasurku..
Aku memikirkan pria tadi.. Kejadian malam ini memang tak akan pernah kulupakan..
Aku belum pernah diberikan sebuah kue dengan wujud gorengan tepung dengan hiasan lilin besar yang biasa digunakan jika listrik padam..
Aku tersenyum lalu kemudian tidur..

Keesokan harinya.. Dengan sedikit kekecewaan pada teman- temanku.. Aku mengawali hariku..
Aku melihat banyak pesan dan panggilan masuk pada ponselku hanya untuk mengucapkan selamat berulang tahun..
Teman- temanku hanya mengucapkannya melalui pesan di ponsel.. Alibi mereka, mereka tidak ingin menggangguku karena mereka melihat aku lelah dan bergegas tidur tadi malam..
Baiklah.. Aku bersiap untuk datang ke tempat pria itu lagi..

Kira- kira 30 menit, aku tiba di tempat itu lagi..
 "Kau datang.. " Ucapnya tersenyum..
"Ya. aku tidak tahu lagi harus kemana, dan aku ingin menepati janjiku.." jawabku..

lalu ia mengajakku pergi beberapa meter dari warungnya..
"Kita mau kemana? kebun?" Aku bertanya dengan ragu karena kami melewati lahan seperti kebun yang tidak terawat..
"Kau akan tahu nanti.. Aku punya hadiah untukmu.." tegasnya.

Setibanya disana.. hanya hamparan rumput hijau saja yang kau lihat.. aku semakin tidak mengerti apa maksud pria ini mengajakku kemari..

"Duduklah sebentar.. Aku akan kembali.." Dengan sedikit berlari, ia meninggalkanku..

Aku mencoba mencari kenyamananku saat itu.. Melihat sekitarku dan mulai untuk menikmatinya..
Sejuk sekali..

Tak berapa lama..
Tiba- tiba aku mendengar pria itu berteriak- teriak meminta tolong dan beberapa kali suara senapan terdengar..  Dan aku tak dapat mendengar suara pria itu lagi..

Aku berlari menuju tempat suara itu terdengar dengan hati yang berdebar kencang..
Rasa takut, cemas dan penasaran telah menjadi adonan yang sulit diungkapkan rasanya saat itu..
Aku tidak mau membayangkan apa yang terjadi kepada pria itu..
"Apakah dia tertembak? Mati? terbunuh?" Pertanyaan itulah yang aku coba untuk buang jauh dari pikiranku..

Aku berlari dan tiba- tiba...
"SURPRISEEEEE!!!!" teriak teman- temanku dan pria itu..
mereka membawa bekal makanan, tikar, kue, radio kecil, minuman.. balon.."

Aku hanya mampu menjawab ucapan selamat ulang tahun mereka dengan tangis haru ku..
"aku pikir kalian melupakanku.." tangisku..
Mereka memelukku..
Aku bahagia.. aku bahagia.. aku bahagia..
Tak terbendung lagi air mata kebahagiaanku yang telah menjadi lautan..

Kami pun merayakan ulang tahunku di hamparan taman hijau itu..
Sebuah gitar menemani suka ria kami di hari ulang tahunku itu..
Dan kue ulang tahun bertemakan musik dengan hiasan melodi dan tangga nada yang indah menjadi pelengkap untukku hari itu..

Terimakasih.. hanya itu yang mungkin dapat aku sampaikan..

Dan akhirnya.. Apa yang dikatakan pria pada malam hari itu telah mampu kujawab..



# Pribadi yang mengenal. memahami bahkan mencintaiku lebih dari siapapun didunia ini adalah Dia yang menciptakanku.. # 

Sahabat- sahabatku dan Tuhan yang menjadi sahabatku.. Terimakasih..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar