Selasa, 17 Juli 2012

Melihat dari sisi yang lebar.. tidak sempit..

Jika anda menjadi aku sejak kecil hingga kini, anda akan mengerti mengapa aku seperti itu..
Atau mungkin setidaknya jika anda paham dan mengerti akan posisi aku, anda akan mengerti bagaimana alasan yang melatarbelakangi semua..

Manusia cenderung hanya melihat sisi akibat yang ditimbulkan, tanpa memandang apa yang berada dibalik itu semua..

Aku mengerti dan paham..
Ketika anda melihat sehelai kertas kosong, itu tidak menjadi masalah..
Namun saat anda melihat sehelai kertas kosong dengan satu titik kecil saja noda hitam, maka anda akan melihat dan bahkan fokus kepada titik hitam tersebut..
Meskipun sebenarnya noda itu tidak mengganggu anda untuk menulis dikertas itu..
Yang lebih ekstrim dari hal itu, bahkan mungkin anda dapat membuang kertas itu tanpa menggunakannya lagi..

Pernahkah anda berfikir bagaimana jadi orang lain?
aku? pernah.. dan aku sering ingin untuk menjadi orang lain.. yang bahagia, memiliki banyak teman, memiliki apa yang diinginkan, dan... memiliki kebahagiaan..

Ketika jalanan ramai dengan kendaraan roda empat.. 
Masing- masing pengemudi ingin saling mendahului..
"Mumpung gak macet, biar cepet sampe.." kalimat ini mungkin yang menjadi pemikiran para pengguna jalan..

Terbuai dengan suasana itu, ketika salah satu mobil yang berjalan kemudian terhenti dengan posisi tidak menyingkir ke bahu jalan.. Beberapa pengemudi mulai membuka kaca mobilnya..
"Hei! apa kau gila, mengapa berhenti disitu? kau tidak lihat jalanan sedang ramai seperti ini?" beberapa dari mereka berkata demikian dengan mengerutkan dahinya..

Apa yang anda pikirkan?
Ketika anda berada di posisi pengemudi yang mobilnya mogok, anda pasti akan meminta maaf dan memikirkan bagaimana anda harus membuat mobil ini jalan kembali..
Akan tetapi apabila anda berada di posisi pengemudi lain yang marah- marah, apakah anda pernah berfikir jika tidak ada seorangpun yang ingin mobilnya mogok, apalagi dalam keadaan jalanan ramai seperti itu..

Inilah yang saya hadapi.. 
ketika saya mengakui kesalahan saya, kemudian saya coba menjelaskan..
"Oh, tidak.. tidak peduli dengan alasan anda, anda tetap seperti apa yang saya pikirkan.." mungkin inilah kalimat jawaban dari mereka..

Lalu langkah selanjutnya, apa yang akan aku lakukan jika seperti ini?

Aku mengerti.. tak banyak manusia yang paham akan pemikirannya..
Manusia menilai apa yang nampak tanpa ingin mencoba mengerti yang tak nampak..

Tak apa, itu memang bagian dari manusia..

Kembali lagi..
Kertas.. Jika aku bisa, mungkin aku akan mengecat atau memberi diri saya untuk di tipe-x agar aku dapat 'memutihkan' diriku lagi.. sayangnya.. kertas tak dapat melakukan itu pada dirinya sendiri..

Aku mengerti apa yang mereka rasakan.. Tapi mereka tidak mengerti apa yang aku rasakan dan yang melatarbelakangi itu semua..


Aku berkata kepada temanku.. "Aku benci kata 'maaf''.."

Karena adanya kata 'maaf' maka ada kesalahan..
untuk itu aku lebih memilih, jika bisa mungkin kata 'maaf' itu ditiadakan saja..

tidak ada kesalahan, dan manusia tidak perlu menggunakan kata 'maaf' itu..
seberapa besar peran kata 'maaf' itu?
menurutku.. sebesar hati anda..

jawabannya? pikirkanlah sendiri..
jika anda mengerti.. anda akan mengerti aku dan tulisan ini.. jika tidak..
itu mungkin aku yang salah karena tak dapat menjabarkan maksud dengan baik..

# Kesalahan dapat menghidupkan jiwa baru namun mematikan diri anda sendiri.. Sama halnya dengan nyawa, begitulah harga dari kata 'maaf'.. #

Tidak ada komentar:

Posting Komentar