Rabu, 11 Juli 2012

Aku adalah monster yang menjadi kelinci

Malam mengetuk hatiku untuk beranjak ke semua kisah dihidupku..
Aku memikirkan apa yang tak seharusnya kupikirkan dan mengkhawatirkan apa yang seharusnya tidak ku khawatirkan..

Ketika aku masih kecil, aku pernah meminta kepada bintang untuk selalu menjagaku disetiap malam..
tak lupa untuk meminta mentari menyapaku ditiap aku mengawali hari..
Tak biasa memang untuk anak seusiaku saat itu memiliki teman yang hanya berperan sebagai bintang dan matahari..

Aku menikmati saat- saat keceriaanku yang dikemas dalam balutan hangatnya masa kecil..
Mengingat hal itu, ingin rasanya aku beralih ke dunia dimana hanya ada aku, bintang dan mentari..

aku menghela nafas sambil tersenyum..
yang kemudian berubah menjadi keheningan yang memuncak..
tidak. aku tidak seperti anak yang lain. Aku hanya seorang yang aneh bagi mereka. Aku hanya seorang anak yang hanya mampu bermain dengan pikiranku.
mereka tidak membutuhkanku dan dengan membusungkan egoku aku selalu mengikrarkan bahwa akupun tidak membutuhkan mereka.

Aku mengambil sebuah buku gambar dan mulai menggambar..
Inilah diriku, menuangkan segala permainan pikiranku dalam sebuah cetakan melalui sebuah pensil..
tak kupungkiri juga, melodi yang menarik juga membuat aku tertarik untuk menyampaikan pikiran dan persaanku melalui alunan nada yang membentuk sebuah lagu..
Aku terlalu sibuk hingga aku tak menyadari, aku telah jauh dari dunia nyata dimana aku berada..
Memang, tak banyak anak sepertiku didunia ini..

Terkadang aku memikirkan mereka yang sama sepertiku, apakah mereka pernah merasa kesepian? bosan? namun kebanggaanku datang ketika aku menyadari bahwa aku tak seperti anak- anak lain..
Anak lain membeli kebahagiaan dengan uang mereka.. membeli mainan dengan harga yang mahal..
Namun aku sendiri dapat menciptakan kebahagiaan itu melalui kemampuanku tanpa harus membelinya dengan harga yang mahal..
Bukan karena orang tuaku tak mampu, bahkan mungkin orangtuaku dapat membeli seluruh kebahagiaan didunia ini, tapi karena aku tak mampu menikmati barang- barang mewah seperti itu..
Aku sudah terbius oleh kemewahan pikiranku yang membawaku pada dunia yang berbeda dan jauh dari segala kemunafikan wajah palsu..

Aku membenci apa yang seharusnya tidak kubenci..
Usiaku belumlah cukup untuk berfikir panjang..
Namun..
Aku membenci mereka yang tertawa bersama orangtuanya..
Aku membenci mereka yang sombong karena harta orangtuanya..
Aku membenci mereka yang menceritakan orangtuanya yang hebat..
Aku membenci mereka yang memanggilku "si aneh"..
Aku membenci mereka yang menyakiti orang lain..
Bahkan aku juga membenci mereka yang disakiti..

Entahlah.. tak ada bagian dari diriku sendiri yang dapat kumengerti..
Aku tumbuh dalam kekecewaan..
Besar dalam kepahitan..
Dan berjalan dalam rasa dendam yang seakan tak ada yang dapat membunuh itu..

Aku melukai orang lain dengan sikapku..
Dengan tindakan- tindakan bodohku..
Bahkan aku suka untuk melukai diri hingga ada kebahagiaan saat aku melihat darah yang keluar akibat dari kebodohanku sendiri..

Orang sepertiku memanglah tak pantas untuk diterima..
Aku menjadi seorang yang disegani karena 'keberanianku'..
Dan aku menyukai saat mereka tak mendekatiku dengan alasan apapun..
Kesendirian adalah sahabat sejatiku..
Diam seperti emas yang aku miliki..
Aku tak peduli.. Aku tak ingin peduli dan biarkanlah aku untuk tak berusaha peduli..

Egoku terus menjalar tak terhingga hingga keseluruh penjuru tubuh dan perasaanku..
Ego ini yang mengendalikan aku sejak aku kecil hingga beranjak dewasa..
tak terfikir olehku untuk keluar dari dunia yang telah mengenalkanku pada keindahan dan kejujuran..
Bukan dunia nyata yang penuh dengan kemunafikan, meski aku telah menjadi munafik saat ini..

Aku tak berkberatan jika aku terus terpenjara dalam besi keegoisan ini..
Karena aku merasa disinilah duniaku..
Egois, memikirkan diri sendiri menjadi keluargaku.. Ya. Lebih dari keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, kakak dan adik..
Ah, aku tak peduli dengan hal itu..

Layaknya sampah yang tak dapat didaur ulang, aku dibiarkan membusuk dengan kesendirian yang memaksa aku untuk memasuki dunia baru yang sejak saat itu menjadi keluargaku..

Aku menjadi muak dengan semua yang seakan hadir hanya untuk menyapa namun tak tinggal diam..
Aku merasa menjadi seorang monster besar yang amarahnya meledak hingga melebihi gas atom..
"Tak apalah, monster pun berhak bahagia dengan caranya sendiri" ujarku..

Memikirkan diriku sendiri tak akan berujung..

namun siapa sangka monster kecil yang tumbuh menjadi monster menyeramkan mulai berubah menjadi seekor kelinci kecil lucu yang dahulu aku anggap binatang bodoh..

Perjalanan aku seakan terhenti oleh sesuatu yang aku pun tak dapat mengungkapkannya..

"Tak mungkin ada hal besar yang dapat menghentikanku" Ujarku dengan segala ego dan kesombongan..
Berkali- kali aku meyakinkan diriku akan hal itu..
Tetapi aku salah..
Ada kekuatan yang lebih besar dan tak tertandingi yang menghentikan langkahku..
"Ini kekuatan yang sangat besar dan luar biasa karena mampu menghentikan monster seperti aku.." Kataku.

Tak mengerti akan apa yang terjadi..
Aku yang adalah monster bagi diriku sendiri dan orang lain dapat ditaklukan menjadi seekor kelinci manis nan lucu..
Ajaib. Luar biasa.

Lalu setelah monster ini diubah menjadi seekor kelinci, bagaimana dengan kekuatan dan apa yang telah aku lakukan pada saat aku menjadi monster? Apakah aku tetap dapat menjadi seekor kelinci lucu? Atau aku tetap menjadi monster yang terjebak dalam tubuh seekor kelinci? Tidak. Tidak mungkin, aku tak mampu menjadi monster meski memiliki kekuatan monster dalam tubuh kelinci. Tidak. Itu tidak mungkin.
Pikiranku berlari tanpa arah dan tujuan..

Aku tersiksa menjadi seekor kelinci sementara aku masih memiliki kekuatan monster besarku.. Namun aku tidak mungkin kembali ke wujud monsterku..
Aku harus menentukan pilihanku.. Menjadi seekor kelinci lucu atau aku harus mati dengan pikiran tanpa keputusan yang menjebakku dalam situasi sulit memilih ini..

Aku tidak mau mati. Tidak boleh. Aku tidak boleh mati.
Jangan. Jangan bawa aku kepada kematian itu. Aku tidak mau. 
Tidak. Aku harus menentukan pilihan.

Seakan semua mendorongku untuk segera mengambil keputusan, dengan memantapkan hati aku pun berkata  
"Aku akan menjadi aku yang baru, bukanlah monster, bukanlah kelinci yang memiliki kekuatan monster, akan tetapi akulah kelinci lucu itu"

Saat itulah aku berubah menjadi kelinci lucu yang disukai banyak orang.. Memiliki banyak teman, bukan kesepian dan permainan pikiran yang menjadi keluargaku.. Bahkan si "Ego" sedikit demi sedikit dapat kukendalikan dan tidak lagi ia menguasai pikiran dan tubuhku..
Hidupku berangsur membaik, bahkan jika aku mengerti bagaimana rasanya menjadi kelinci sejak awal, ingin rasanya membuang waktu yang tak berharga itu ketika aku menjadi monster yang dapat membunuh diriku sendiri..

#Hidup adalah bagaimana kita mengambil sebuah keputusan, selalu ada pilihan yang menuntut sebuah keputusan, hanya masalah sudut pandang, pengendalian diri dan waktu yang dapat mengubah pribadi seseorang.. Masih ada kekuatan yang lebih besar dari sebuah ego dan kesombongan diri#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar